Minggu, 06 Desember 2009

MENGATASI KEMARAHAN

Kemarahan adalah salah satu sikap yang harus diatasi untuk dapat menjalani kehidupan yang berhasil. Apakah Anda pernah marah, misalnya yang membuat wajah Anda merah, mata Anda membelalak, mulut Anda berbusa ? itu artinya normal.
Bisa jadi kemarahan disebabkan karena Anda diperlakukan dengan tidak benar, Atau seseorang memanfaatkan atau merugikan Anda. Bisa jadi seseorang telah memfitnah sehingga Anda gagal mendapat promosi atau kenaikan pangkat atau seorang sahabat mengkhianati Anda. Pertanyaannya saat Anda benar-benar marah, apakah kemarahan tersebut bisa menolong Anda ?.

Setiap bayi lahir dilengkapi dengan emosi kemarahan. Jika Anda lalai memberinya makan, lihatlah betapa marahnya ia. Tetapi, saat bayi itu berusia 30 tahun, ia seharusnya belajar untuk mengekang kemarahannya jika makan malam tidak segera disiapkan.

Ada 2 jenis kemarahan yang  tidak terkendali dan dapat merusak :

1.    Pertama Kemarahan, misalnya seseorang membanting raket tenis sampai hancur karena pukulannya melenceng keluar dari garis lapangan. Padahal yang salah bukan raketnya dan dia tak mungkin mengarahkan kembali pukulannya  kembali sehingga bolanya itu jatuh ke dalam lapangan.

Beberapa pelajaran akibat kemarahan yang tidak terkendali yaitu : Dapat menganggu kesehatan dan berpotensi merusakkan diri. Contohnya Beethoven menjadi tuli, karena kemarahannya. Seorang pebisnis mendadak meninggal dunia setelah menumpahkan kemarahannya yang tidak terkendali terhadap istrinya.

Para dokter dewasa ini memberitahukan kita bahwa kemarahan yang tidak terkendali dapat memproduksi racun-racun kimiawi di dalam tubuh kita yang dapat menyebabkan penyakit seperti : kanker dan jantung.

Orang yang mudah marah cenderung beresiko mengalami stroke lebih besar dari pada orang yang hatinya berpikiran positif dan selalu bertaqwa. Orang yang menyimpan kemarahan sering kali tidak menyadari bahwa mereka sedang meracuni kehidupan mereka sendiri.

Jika kita terus memendam kemarahan, kita tidak sedang menyakiti orang lain, kita tidak sedang menyakiti perusahaan atau bos yang memperlakukan kita tidak adil, kita tidak sedang melanggar norma dan Agama. Kita hanya menyakiti diri kita sendiri.

Kemarahan yang tidak terkendali dapat menghancurkan harapan dan impian Anda dan tidak tertutup kemungkinan kemarahan demikian bisa memisahkan keharmonisan keluarga atau putusnya huungan antara ortu dengan anaknya.

2.    Kedua, Kemarahan yang salah arah.

Kita barangkali lebih sering mengalami kemarahan yang salah arah daripada kemarahan yang tidak terkendali. Suatu kali saya menonton adu banteng jantan di TV. Seorang pria dengan sebilah pedang di tangannya menusuk  tubuh banteng itu sampai berdarah-darah, hal itu membuat banteng itu mengamuk.

Dalam kemarahan banteng itu mengejar kain merah yang dipegang oleh sang matador. Banteng itu mengabaikan sumber masalahnya yang sesungguhnya: tetapi kemudian banteng jantan itu berpaling ke kanan dan melempar matador itu beberapa meter ke udara. Sapi jantan itu akhirnya menyerang masalah yang sebenarnya.

Apa yang membuat Anda marah ? Apakah Anda sedang menyerang masalah yang sebenarnya atau gejala masalah ? Apakah Anda secara membabi buta menyerang selembar jubah merah atau menyelesaikan masalah itu ?

Kapan kemarahan itu membuat kita berdosa ? Saat kita marah tanpa sebab. Adalah salah jika kita menjadi sakit hati atau benci dan mengucapkan kata-kata yang penuh kebencian kepada orang lain.

Kita harus belajar belajar memaafkan

Ada kisah tentang seorang anak laki-laki, ayah dan ibunya sering bertengkar di hadapan anak mereka lalu mereka memutuskan untuk bercerai. Ibu anak ini menikah lagi dengan orang lain. Dalam keluarga yang baru ini, anak ini sering melihat ibunya disiksa oleh ayah tirinya.

Kejadian ini membuat dia sangat marah terhadap ayah tirinya itu. Ketika ia beranjak dewasa, anak laki-laki ini masuk sekolah jurusan seni. Gurunya pun yang berasal dari suku yang sama dengan ayah tirinya mengejek dia dengan berkata bahwa ia tidak masuk hitungan. Kemudian anak laki-laki ini menendang gambar itu dan keluar dari sekolah tersebut dalam kemarahan.

Ia memendam kemarahan terhadap suku ayah tirinya. Kemarahannya mendorong dirinya untuk belajar menjadi orang yang hebat. Setelah ia menjadi orang yang hebat, ia membalas semua perbuatan ayah tirinya dan gurunya. Ia membunuh dengan sadis suku tersebut sebagai ungkapan kemarahannya. Ia membunuh 6 juta orang dari suku itu. Anda mau tahu siapa anak laki-laki ini? Dia adalah Adolf Hitler

Kemarahan yang terkendali.

Jika seseorang melukai perasaan Anda 10 tahun yang lalu, dan Anda masih belum bisa melupakannya,  Lupakanlah kesalahan orang tersebut, dan kehidupan Anda akan bahagia.

Hindari berteman dengan orang-orang yang lekas marah. Supaya engkau jangan memasang jerat bagi dirimu sendiri. FatchurR-disarikan dari @AW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar