Rabu, 09 Desember 2009

MELAYANI, BERARTI MENARUH DIRI SENDIRI

Dalam suatu acara pesta, ada tiga kelompok paduan suara yang akan tampil bersamaan. Karena tempat terbatas, tidak semua bisa duduk di depan. Maka, salah satu kelompok diminta melakukannya di balkon.

Masalahnya, tidak ada yang mau ditempatkan di sana, karena tidak terlihat oleh yang hadir. Ketika panitia mendesak salah satu kelompok, para anggota paduan suara itu menjadi marah. Mereka pun lantas mengadakan aksi keluar acara.

Memberikan pelayanan di manapun tak jarang diwarnai perselisihan. Ada yang maunya memaksakan keinginan. Ada yang ngambek jika usulnya ditolak. Ada yang tersinggung kalau dirinya kurang disanjung. Akar masalahnya terletak pada keakuan.

Orang kerap mengaku ”Siap melayani, padahal ujung maunya yang dilayani dirinya sendiri. Akibatnya, tak ada kerendahan hati. Mereka sulit untuk mengalah. Kepentingan pribadi atau kelompok dinomor-satukan. Kalau sudah begini, kesehatian sulit tercipta. Yang ada malah perpecahan.

Di tengah kesibukan melayani, kita perlu bertanya kepada diri sendiri, "Siapa sebenarnya yang aku layani ? Apakah aku mengalah karena mementingkan status, gengsi, dan ambisi pribadi ?" Jika
jawabannya "ya", jelas kita tidak siap melayani. Kita telah menempatkan diri  menjadi tuan. (FatchurR-disarikan dari @AW)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar