Sabtu, 19 Desember 2009

MICHELLE PRICE DENGAN PRESTASI CATATNYA

Michelle Price adalah gadis kecil periang yang senang memanjat pohon, menunggang kuda, bermain ski, bercerita tentang banyak kisah, dan menyanyi. Dengan keluarga yang mengasihi dia, hidupnya seolah tak memiliki sedikit beban sampai ia berumur 8  tahun, ketika kaki kanannya mulai terasa sakit dan bengkak.

Setelah dokter melakukan pemeriksaan, dia mengatakan kepada orang tuanya bahwa Michelle menderita salah satu jenis penyakit kanker tulang yang mematikan. Dikatakannya kesempatan untuk hidup kurang dari 4%, dan sebagian besar kakinya harus diamputasi.

Orang tuanya sangat ketakutan tentang cara menceritakan hal tersebut kepadanya. Ketika mereka menceritakan kepada Michelle, reaksi pertama dari Michelle: "Oh Papa, saya tidak akan dapat berdansa lagi jika saya tidak memunyai kaki.

Saya tak mau jadi orang cacat. Dia menangis terisak beberapa menit. Tetapi ketika ia melihat wajah ibunya dipenuhi air mata, ia berhenti menangis, mengambil napas panjang, dan berkata, "Saya akan baik-baik saja, Mama. Jangan menangis."

Sambil menepuk-nepuk ibunya, ia melanjutkan, "Saya memang takut ketika Papa menceritakan kepada saya, tetapi Allah membuat hati saya tenang. Saya akan baik-baik saja. Percayalah, Mam." Michelle, dengan perlahan, bertanya kepada papanya mengapa Allah mengizinkan hal ini terjadi.

Dan ketika dijawab tidak tahu, Michelle berpikir dan berkata, "Mungkin saya tahu jawabnya, jika dokter itu belum memiliki obat untuk menyembuhknan saya, mungkin mereka dapat mempelajari kaki saya dan menemukannya. Sehingga mereka dapat membantu anak lain yang sakit seperti saya."

Akhirnya  kaki Michelle diamputasi sampai ± 13 cm di atas lututnya. Dia menangis ketika pertama kali ia melihat kakinya yang terbalut. Namun kemudian, ia menceritakan betapa takutnya ia pada saat berada dalam ruang operasi sampai ia mengingat bahwa ia tidak sendiri, Allah bersamanya.

Michelle merasakan rasa sakit yang menggigit. Namun, 3 hari setelah dioperasi, ia mengagetkan dokternya dengan melukis wajah yang tersenyum pada pembalut kakinya yang buntung. Dokter itu mengatakan, biasanya dibutuhkan waktu berminggu-minggu sebelum seseorang yang diamputasi dapat menerima keadaannya.

Lima hari berlalu sejak dioperasi, para dokter mulai memberikan kemoterapi kepada Michelle dengan obat sangat kuat yang diciptakan untuk membunuh sel kanker. Dan dikarenakan kanker pada Michelle sangat mematikan, maka mereka memberikan dosis 1000 kali lebih besar dari biasanya.

Dalam waktu singkat, obat itu membuat semua rambut Michelle rontok. Setiap pengobatan membuatnya merasa amat sakit. Ia muntah dan menggigil. Tetapi setiap kali seseorang menjenguknya dan bertanya, ia jawab, "Ok", sehingga ia tidak membuat orang lain merasa tidak enak.
 
Setelah 4 minggu dia diizinkan pulang. Ketika berjalan-jalan dengan papanya, ia menyadari para tetangga merasa tidak nyaman berada di sisinya, karena kaki dan kepalanya yang gundul. Untuk membuat mereka merasa lebih baik, ia justru mengunjungi rumah para tetangga dan menceritakan kepada mereka tentang kanker. Bahkan, Michelle meminta mereka untuk tidak ragu-ragu bertanya.

Kemoterapi dijalaninya 18 bulan dan dia menunjukkan sikap tegar pada saat melalui semua ketidak-nyamanan itu. Ketika ia merasa lebih baik, ia mengunjungi anak-anak lain di rumah sakit yang juga menderita kanker dan berusaha membuat mereka gembira. Dan setelah pemeriksaan menunjukkan bahwa kankernya telah sembuh, hati Michelle dipenuhi rasa ucapan syukur.

Dengan berjalannya waktu, ia belajar ski dan menjalankan "skate board" serta bermain "soccer" dengan menggunakan kruk (penyangga kaki). Setelah ia berhasil mendapatkan medali pada sebuah kontes ski nasional bagi orang-orang cacat, dia diberi penghargaan olahraga bagi orang-orang cacat pada TV nasional karena keberaniannya.

Ketika Newton melihat bagaimana ia menghabiskan waktunya berusaha membuat orang lain bahagia, ia menjadi sangat kagum kepada Michelle dan memberikan kejutan hadiah istimewa pada hari ulang tahunnya, seekor kuda

Suatu hari, Michelle berkata kepada ibunya, bahwa kadang ia merasa sedih karena diperlakukan berbeda pada waktu berolahraga, dan ia juga sering merenung apakah ada anak laki-laki yang akan menyukainya karena ia hanya memiliki satu kaki.

Kemudian ia menambahkan, "Saya merasa bersalah jika merasa sedih. Allah akan berpikir saya tidak bersyukur atas apa yang telah Dia lakukan kepada saya. Saya berpikir, saya melihat kesusahan lebih banyak dan tidak cukup melihat kebaikan."

Ketika Michelle dewasa, ia menjadi pemain ski cacat termuda di seluruh dunia, seorang model, pembicara, dan penunggang kuda nomor satu bagi orang-orang cacat. Ia melanjutkan kuliah dan kemudian bekerja di sebuah pusat pelayanan orang-orang yang tidak memiliki tangan atau kaki. Tahun 1993, ia menerima penghargaan atas keberaniannya.

Saat ini Michelle dia menjadi istri dan ibu muda. Ia bermimpi untuk dapat memiliki sebuah perkemahan bagi anak cacat sehingga mereka dapat memiliki sikap positif terhadap keberadaan mereka. (FatchurR-disarikan dari @AW dengan Sumber asli: Courageous Christians by Joyce Vollmer Brown)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar