Jumat, 13 November 2009

BERTENGKAR DENGAN IBUKU TERCINTA

Suatu hari setelah maghrib, Eni bertengkar dengan ibunya. Karena demikian marahnya Eni segera
meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan di suatu lokasi, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang.Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah warung (kedai) Mie bakso dan ia mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk mie tersebut, tetapi ia tidak memiliki uang sepeserpun.

Pemilik warung melihat Eni berdiri cukup lama di depan dagangannya, lalu berkata,
"Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk Mie bakso ?"
"Ya, tetapi, aku tidak membawa uang." jawab Eni dengan malu-malu

"Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu. " jawab si pemilik warung,
"Silahkan duduk, aku akan memasakkan mie bakso untukmu".
Tak lama kemudian, pemilik warung itu mengantarkan semangkuk  mie bakso.

Eni segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang.
" Ada  apa, nona?" tanya si pemilik warung.
"Tidak apa-apa. Aku hanya terharu..” jawab Eni sambil mengeringkan air matanya.

"Bahkan seorang yang baru kukenal memberiku semangkuk mie bakso!, tetapi ibuku, setelah bertengkar, mengusirku dari rumah dan mengatakan agar aku tidak kembali ke rumah. Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibanding ibu kandungku." kata Eni.

Setelah mendengar perkataan Eni, pemilik warung itu, menarik nafas panjang dan berkata "Nona mengapa kau berpikir seperti itu ? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk mie bakso dan kau begitu terharu”.

”Ibumu telah memasak mie bakso dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya ? Dan kau malah bertengkar dengannya."

Eni kaget mendengar nasehat tersebut. "Mengapa aku tidak berpikir tentang jasa ibuku yang besar ? Untuk semangkuk mie bakso dari seseorang yang baru kukenal, aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yang memasak untukku bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya.”

Eni segera menghabiskan santapannya, lalu menguatkan diri untuk segera pulang. Saat berjalan, ia memikirkan kata-kata yang harus diucapkan kepada ibunya.

Begitu sampai di ambang pintu rumah, Eni melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas. Ketika bertemu Eni, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah : "Eni, kau sudah pulang cepat masuklah, aku telah menyiapkan makan malam, nikmatilah sebelum kau tidur”,

”Sajian itu akan menjadi dingin jika kau tidak memakannya sekarang".  Pada saat itu Eni tidak dapat menahan haru dan ia menangis di hadapan ibunya.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita. Tetapi kepada orang yang sangat dekat (keluarga), khususnya ortu, kita lupa berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita.

Bagaimanapun kita tidak boleh melupakan jasa ortu. Acap kali kita menganggap pengorbanan mereka merupakan suatu proses alami yang biasa-biasa saja. Tetapi kasih dan kepedulian ortu adalah hadiah paling berharga yang diberikan kepada kita sejak lahir.

Pikirkanlah dan segeralah menghargai pengorbanan ortu tanpa syarat, jika belum kalian lakukan. Hormatilah ortu dalam keseharianmu, karena itulah hal yang terindah dihadapan Allah. FatchurR-sumber dari Paul Effendy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar