Jumat, 06 November 2009

MENGHARGAI POSISI ORANG LAIN

Hari itu direncanakan dua jam kemudian akan diselenggarakan rapat yang memerlukan kesiapan dokumen yang diminta oleh Boss. Walau agak kesulitan mengkompulirnya berhubung beberapa teman yang seharusnya menanganinya kebetulan berhalangan.

Ketika beberapa dokumen beres dan perlu di copy, masalahnya muncul yaitu petugas yang biasa memfoto copy (mesinnya di kantorku tersedia), tidak hadir karena acara keluarga. Dengan modal pernah mengcopy selembar dua lembar, aku akan melakukannya dalam jumlah besar.

Dalam perjalanan dan baru 7 lembar saya sudah merasa kerepotan. Diantaranya posisi kertas yang tidak agak miring tidak presisi, kertas habis, atau salah ukuran jadi harus diulang. Seketika rasa percaya diriku sirna dan terfikir olehku Irman memang petugas foto copy yang ternyata hebat.

Dia begitu gesit bila mendapat tugas fotocopy, mungkin jika tumpukan dokumen yang saya pegang ditangani oleh Irman hanya memerlukan waktu tidak lebih dari 10 menit sedang aku hampir 20 menit nggak tuntas-tas.

Benarlah adanya tiap manusia memiliki kemampuan unik dalam menjalani hidupnya dan satu sama lain saling membutuhkan. Tapi sayangnya banyak diantara kita kurang memahami dan menghormati posisi orang lain. Padahal jika kita berposisi seperti dia, belum tentu bisa lebih baik dari orang tersebut.

Kita hanya bisa menuntut dari orang kerja yang lebih cepat dan sempurna tanpa mau mengerti bahwa kadang-kadang di dalam prosesnya banyak kendala yang terjadi. Bukannya kita bantu tapi malah kita mengumpat, kesal dan marah.

Apabila kita tidak bisa memahami tingkat kesulitan orang lain, kenapa kita tidak berbicara atau berfikir seolah olah kita menjadi mereka. Atau lebih baik lagi jika sekali sekali melakukan tugas orang lain untuk bisa memahami permasalahan pihak lain untuk memperbaiki keadaan.

Hal yang sama, apa salahnya kalau kita melakukan pekerjaan pembantu rumah tangga kita yang umumnya bekerja 24 jam, kita gantikan sebagian waktunya, sehingga dia berkesempatan beristirahat dan dia merasa di ”Manusiakan”.

Dengan mencoba melakukannya, maka kita tahu betapa beratnya tugas dia, sehingga kita bisa menjadi arif dan dapat menghargai posisi orang lain. FatchurR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar